Selasa, 01 November 2011

Denias

Denias

Film ini menceritakan tentang perjuangan seorang anak suku pedalaman Papua yang bernama Denias untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Seluruh setting lokasi dilakukan di pulau Cendrawasih ini. Cerita dalam film ini merupakan adaptasi dari kisah nyata seorang anak Papua yang bernama Janias.
Sebuah film yang harus ditonton oleh mereka yang mengaku peduli dengan dunia pendidikan di Indonesia. Sebuah film yang dapat membuka pandangan kita tentang betapa pendidikan yang layak di negeri ini masih sangat mahal, masih sangat rumit dan masih banyak terjadi diskriminasi-diskriminasi yang tidak masuk akal.
Dalam film ini juga dapat kita lihat keindahan provinsi Papua yang berhasil direkam dengan begitu indahnya.


Film Denias dikemas sederhana, dengan bahasa sederhana, berceritera tentang kisah nyata seorang anak yang sangat ingin bersekolah. Denias (Albert Fakdawer) anak seorang petani di daerah pelosok di pulau Papua di desa Arwanop. Denias kehilangan ibunya yang meninggal akibat kebakaran yang menimpa di rumahnya. Pada malam sebelum kematian ibunya, ia sempat berpesan kepada Denias "Sekolahlah Denias. Kalau kamu pintar gunung pun takut sama kamu". Ini adalah kata kunci dari film ini, kata yang sederhana tapi berbobot dan filosofis.

Dan ada dua tokoh lagi yang membuat Denias semakin bertekat akan keinginannya untuk bersekolah yaitu figur Pak Guru (Mathias Muchus) dan seorang TNI yang menjadi sahabatnya 'Maleo' (Ari Sihasale) yang menjadi 'guru sementara' ketika Pak Guru harus pulang ke Jawa. Di desa Arwanop itu, Maleo dan sempat mengajarinya pengetahuan akan kepulauan Indonesia. Maleo membuatkan 'puzzle' peta kepulauan Indonesia untuk Denias. Tentang peta ini Anda pasti dibuat tersenyum karena kejenakaannya, humornya bagus, tidak jayus.

Satu pesan penting dari Maleo yang diingat Denias adalah sekolah bisa dilakukan di mana saja. Maleo juga mengatakan, di balik gunung ada sekolah dengan fasilitas yang bisa dijadikan tempat untuk Denias meneruskan sekolahnya. Dengan fasilitas ala-kadarnya Maleo mengajar anak-anak daerah terpencil ini dengan pengetahuan-pengatahuan dasar. Namun sayang persahabatannya dengan Maleo harus berakhir karena Maleo ditugaskan ke tempat lain.

Ayah Denias tidak begitu memahami keinginan anaknya untuk bersekolah, ia pikir cukuplah Denias menjadi seperti dirinya. Namun pesan sang ibu selalu mengiang-ngiang bahwa "gunung takut sama orang pintar". Maka, Denias pun akhirnya bertekat pergi dari desanya, melintasi gunung mencapai kota untuk mana ia dapat bersekolah. Disinilah kisah petualangan Denias mengarungi hutan dan sungai-sungai. Denias yang penuh harapan melakukan perjalanannya dengan gembira dengan bernyanyi/ bersenandung seperti judul filmnya.

Akhirnya Denias menemukan sebuah sekolah SD seperti yang pernah diceritakan Maleo, dan disitu ia bertemu dengan anak gelandangan yang benama Enos. Denias pun berteman dengan Enos dan berbagi cerita, ia menyatakan keinginannya untuk masuk ke sekolah itu. Enos mengatakan itu sesuatu yang tidak mungkin karena Denias tidak mempunyai orang yang bisa membiayainya masuk ke sekolah itu. Lama kelamaan ia memberanikan diri bicara dengan salah satu guru untuk menyatakan keinginannya. Ia diarahkan untuk menemui Ibu Gembala (Marcella Zalianty), melihat kegigihan Denias dan juga kepandaiannya, ibu Gembala mau memperjuangkannya untuk bisa sekolah sekaligus diterima di asrama sekolah yang dikelola oleh pengurus asrama yang diperankan oleh Nia Zulkarnaen. Dua aktris cantik ini cukup bagus aktingnya, terlihat telah lumayan serius mempelajari 'aksen papua'. Cuma mungkin wajah mereka 'terlalu cantik atau terlalu metropolis' untuk main di film ini. Tapi nggak apa, secara keseluruhan film ini bagus bahkan mungkin yang paling bagus dari film-film yang sudah dibuat. Yang paling penting, tokoh Denias yang diperankan Albert Fakdawer (pemenang AFI Junior), ia bisa mewakili figur seorang anak cerdas, jenaka dan penuh semangat dalam diri tokoh yang bernama Denias ini.

Salut buat Ari Sihasale (produser) sebagai putra Papua, menyajikan keindahan panorama Papua serta singgungan budayanya bagi semua orang Indonesia yang kurang tahu apa yang terjadi di salam satu bagian daerah Indonesia ini. Salut juga buat John De Rantau (Sutradara), yang telah mengemas film ini dengan baik. Kita sudah cukup kenyang dan jemu dengan sinetron-sinetron dan film-film nasional yang tidak mendidik dan dibuat secara asal. Di film Denias ini, saya bangga masih ada putra Indonesia yang dapat memproduksi film nasional yang berbobot dan edukatif. Dan tentu saja film ini menjadi hiburan yang menarik bagi Anda dan keluarga di rumah. VCD nya baru saja diproduksi, akan mudah dicari di toko-toko.

Indonesia perlu membuat film-film berbobot dan mendidik seperti "DENIAS – Senandung di Atas Awan".
Bravo Denias!


Full Metal Jacket

The Prestige (Perang dalam Dunia Sulap)

A SONG FOR A RAGGY BOY

Stray Dog

The Book of Eli

CITY OF LIFE

NINE

MICHAEL JACKSON – This Is It!

KING

GARUDA DI DADAKU

Valkyrie

ELEGY

Atonement

Seraphim Falls

Gran Torino

THE PAINTED VEIL

LA NIÑA SANTA

Ennui

The Messenger

HOSTEL

REDACTED (2007)

IRON MAN

Film Atonement

Dororo

The Last King of Scotland

Denias

Seraphim Falls

X-Men: The Last Stand

NOBODY KNOWS

SILENT HILL

CAPOTE

The Pool

Dog Soldiers

The Hours

Final Destination 2

Catch Me If You Can

The Prestige

road to perdition

The Notebook

i am sam

DRAGON ZAKURA

Saur Sepuh

BROKEBACK MOUNTAIN

The Green Mile

The Vampire Assistant

A Walk To Remember

August Rush (2007)

Legends Of The Fall

Fireproof

the Last Samurai

The Mighty

Saving Private Ryan

review film Life is Beautiful

review film Schindler's List

review film Surat Kecil Untuk Tuhan

sweet home alabama

Never Been Kissed

review film closer

Pay it Forward

1 Litre of Tears

Hachiko: A Dog's Story

Tidak ada komentar:

Posting Komentar